Ratusan warga masyarakat melakukan unjuk rasa terkait penanganan pasien Covid-19 dilakukan warga Nagori Tanjung Hataran, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun. Dalam aksi itu pihak keluarga pasien yang disebut terpapar Covid-19, mempertanyakan kejelasan penanganan medisnya.
Informasi dihimpun, sejak sebulan yang lalu hingga saat ini sebanyak 17 orang telah ditempatkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun di RSUD Perdagangan, jalan Radjamin Purba, Kelurahan Perdagangan III, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, Senin (06/07/2020) sekira pukul 10.00 WIB.
Selain itu, masyarakat juga memprotes pihak Tim Gugus Percepatan Penanganan Covid-19, terkait keputusan ke-17 orang telah diisolasi tanpa kejelasan, sementara dikabarkan warga yang diisolasi itu dalam kondisi sehat walafiat.
Lihat postingan ini di Instagram
Hal ini diungkapkan warga Nagori Tanjung Hataran di sekitar lokasi, dirinya menyebutkan sebelumnya merupakan pasien Covid-19 dan telah dipulangkan kepada keluarganya oleh TGTPP Covid-19 Simalungun. Dikatakan dirinya dan beberapa warga lainnya telah diisolasi selama 18 hari di Rumah Sakit Fasilitas Darurat Covid-19, Batu 20.
“18 hari itu kami diisolasi, kesehatan kami stabil dan tidak ada perawatan khusus yang kami terima selama di sana. Setiap hari hanya diberi dua butir Vitamin C saja. Seharusnya, setelah 14 hari kami sudah bisa dipulangkan,” ungkap pria berinisial Y ini.
Warga lainnya menuturkan, akibat pelakuan TGTPP Covid-19 Simalungun yang melakukan isolasi berdasarkan hasil Rapid Test itu, berakibat fatal kepada keluarga terutama anak-anak. Kedua orang tuanya harus meninggalkan begitu saja anak-anak akibat perintah isolasi di rumah sakit dan anak-anak ditinggal begitu saja di rumahnya.
“Sekarang ini, datangkah abang ke kampung kami, lihat sendiri keadaannya. Akibat semua ini, banyak anak-anak yang terlantar gara-gara orang tuanya di isolasi,” sebut W.
Lebih lanjut, dituturkannya setelah keputusan mengisolasi warga, pemerintah memberikan bantuan sembako dengan jumlah yang tak wajar dan tidak mampu bertahan untuk puluhan hari lamanya bantuan yang diterima oleh warga.
“Cobalah abang pikir, hanya beras lima kilo gram saja yang diberikan pemerintah pada keluarga yang di tinggalkan, sementara kebutuhan mereka yang lain tidak diberikan. Saat ini banyak anak-anak yang tidak bisa mendaftar sekolah akibat orang tuanya diisolasi. Ada 13 orang lagi yang diisolasi di RSUD Perdagangan ini dan 22 orang di Batu 20,” sebut warga.
Di lokasi RSUD Perdagangan, saat unjuk rasa warga berteriak sembari mendesak agar pihak Pemkab Simalungun melalui TGTPP Covid-19 tidak menjadikan daerah mereka sebagai percontohan COVID-19. Dengan alasan itu, warga keberatan dan meminta agar Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengambil sikap.
“Kami warga tidak yakin dengan kinerja TGTPP Covid-19 di Simalungun ini, atas penetapan pasien positif COVID-19. Kami harap Gubernur Sumatera Utara Edy Ramayadi bertindak, mengambil kebijakan untuk menyelesaikan masalah ini dan meminta kepada Gubsu memberi tindakan terhadap JR Saragih,” teriak warga.
Tampak dalam aksi demo warga mendapatkan pengawalan ketat dari pihak TNI-Polri dan juga Satpol PP Kabupaten Simalungun. Warga yang didominasi oleh kaum ibu, melakukan aksinya dalam kondisi guyuran hujan, namun mereka tetap semangat menyampaikan orasinya.
Sementara, pihak RSUD Perdagangan belum bersedia memberikan keterangan terkait penanganan pasien, warga Nagori Tanjung Hataran yang saat ini terisolir padahal kondisi pasien tersebut dalam keadaan sehat.
Kadisi Kominfo Simalungun Wasin Sinaga yang tergabung dalam Tim GTPP Covid-19 Simalungun melalui selular dikonfirmasi terkait aksi unjuk rasa ratusan warga Nagori Tanjung Hataran, Kecamatan Bandar Huluan di RSUD Perdagangan, dalam hal menuntut kejelasan penanganan dan penanggulangan medis pasien terpapar Covid-19 tak mau memberikan tanggapan hingga berita ini dipublikasikan ( J. MK )