Berada di lingkar luar Danau Toba, Kota Pematangsiantar pun memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisata dengan berbagai produk wisata unggulannya.
Tak hanya wisata kuliner yang memang sudah menjadi ikon kota ini, perhotelan dan wisata religi pun sangat memungkinkan dikembangkan di kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara ini.
Hal tersebut tentunya harus melibatkan pemerintah yamg aktif dan masyarakat serta pelaku usaha yang mendukung keberadaan kota ini sebagai destinasi wisata.
Di salah satu sudut pusat bisnis Kota Pematangsiantar, Hansen Oei Ik Han pun telah menancapkan pondasi bisnis perhotelan yang dipadu dengan kuliner. Tepatnya di Jalan Sutomo Komplek Siantar Bussiness Centre (SBC) Blok B, Pematangsiantar.
Arya Inn “Smart Family Hotel & Library Cafe” begitu ia melabel usaha hotel dan kafenya itu. Keberadaan Arya Inn yang hanya berjarak sekitar 49 KM dari Danau Toba, Parapat pun mendukung pencanangan Presiden atas Danau Toba yang dijadikan daerah tujuan wisata Super Prioritas.
Sejak ia buka, tempat ini memang banyak menarik minat pengunjung untuk datang. Baik sekadar nongki-nongki (baca: nongkrong) sembari menikmati minuman plus penganan sambil membaca buku,maupun pengunjung yang datang untuk menginap di sana.
Arya Inn pun menjadi salah satu tempat menginap terbaik di Kota Pematangsiantar, dengan berbagai kelebihan dan keunggulan yang ditawarkan pengelola. Secara umum, Arya Inn memang tempat yang nyaman untuk nongkrong maupun menginap.
Berada di lokasi strategis, yakni di Jalan Sutomo Komplek Siantar Bussiness Centre (SBC) Blok B, Arya Inn menawarkan tempat yang sangat nyaman untuk nongki sambil membaca buku.
Meja dan bangku kayu langsung terlihat dari luar gedung yang dibatasi dinding kaca transparan dengan bagian dalam.
Berbeda dengan kafe kebanyakan, di salah satu bagian dinding gedung terdapat rak buku. Di rak tanpa penutup tersebut, tersusun rapi berbagai jenis buku.
“Ya, konsep kita memang library (perpustakaan, red) di dalam kafe,” kata pemilik Arya Inn, Hansen Oei Ik Han, yang ditemui di suatu senja di tempat usahanya.
Dikatakan pria yang lahir di Pematangsiantar ini, dirinya sangat hobi membaca dan mengoleksi berbagai buku. Nah, dari situ dia punya impian memiliki bisnis sekaligus mengajak orang lain untuk dekat, mengenal, dan membaca buku.
Impiannya semakin memuncak saat ia berada di Singapura dan menemukan ada library sekaligus kafe. “Impian makin kuat lagi setelah di Bandung juga ada tempat yang sama,” tambah pria yang sempat berkarir di salah satu bank asing tersebut.
Saat ditugaskan di kota kelahirannya, ia pun mencoba menuangkan impian dan idenya. Meski sang istri sempat pesimis, namun Hansen tetap gigih mewujudkan keinginannya, sembari memberikan pengertian kepada istri.
“Awalnya istri saya pesimis karena menurut dia, masih sangat sulit mewujudkan impian saya di Siantar. Tapi saya terus berusaha meyakinkannya, dan akhirnya dia setuju dan mendukung sepenuhnya,” beber alumni SMA Budi Mulia Pematangsiantar angkatan 86 tersebut.
Terinspirasi Film Julia Robert
Konsep eat, read, sleep (makan, membaca, tidur) atau kafe, perpustakaan, dan penginapan, sengaja diambil Hansen, terinspirasi dari film Eat, Pray, and Love. Artinya, sambung dia, manusia akan terus mencari inti dan hikmah dari hidup.
“Jadi, manusia makan dan tidur. Bagi manusia yang suka membaca, dia akan menjadi manusia yang positif dan kreatif,” tukas mantan atlet renang Siantar tersebut.Untuk kafe, sambungnya, ia menyediakan aneka minuman dan penganan.
Yang spesial, adalah yogurt (susu fermentasi). Mengapa yogurt? “Ya, lagi-lagi saat di Bandung, di sana minuman yogurt sudah familiar. Jadi saya coba membawanya ke Siantar. Di sini, kita membuat yogurt sendiri, yang dipadu dengan aneka buah-buahan. Ternyata banyak yang suka,” bebernya.
Pihak hotel pun menyiapkan sarapan sesuai pesanan tamu yang menginap. Salah seorang tamu asal Germany yang menginap di hotel ini pun mengaku terkesima dengan layanan menu sarapan di sana.
Sedangkan untuk penginapan, Arya Inn mengusung konsep keluarga. Menawarkan kamar yang standard dan deluxe dengan harga yang relatif terjangkau. Baik standard maupun deluxe, lanjutnya, memiliki fasilitas yang hampir sama.
Hanya luas kamar yang berbeda. Fasilitas yang ada antara lain, AC, air panas, televisi, dan jaringan internet (Wi-Fi). Khusus fasilitas air panas, kita menggunakan listrik tenaga surya.
“Jadi, kalau hari mendung atau hujan, maka airnya kurang panas. Kepada pengunjung, selalu kita beritahu apabila airnya kurang panas. Jadi mereka tidak kecewa. Dan sejauh ini mereka mau menerima, bahkan takjub ketika kita beritahu soal listrik tenaga surya tersebut,” terangnya.
Bagi yang ingin menginap di Arya Inn bisa langsung datang atau melakukan booking sebelumnya melalui Agoda dan Booking.com. Hal tersebut pula lah yang membuat Arya Inn banyak dikunjungi tamu dari luar negeri.
“Malah kadang saya sengaja tawarkan untuk merasakan air di Siantar yang sejuk dan segar seperti di Bandung atau puncak,” tambahnya, seraya bercanda.
Tetapi, lanjutnya, anak-anak yang dibawa orangtuanya menginap di Arya Inn, justru lebih tertarik dengan aneka buku yang tersedia. Malah, saking asyiknya melihat dan membaca buku, terkadang anak-anak tersebut menolak diajak masuk kamar.
“Sudahlah, sana mama sama papa tidur, kami di sini aja,” tukas Hansen menirukan perkataan anak-anak itu. Dari situ, Hansen menyimpulkan, sebenarnya anak-anak lebih tertarik pada buku daripada mainan.
Tergantung orangtua yang mengarahkan anak-anaknya. Hansen pun, tentu saja semakin bersemangat menambah koleksi bukunya dan diletakkan di kafe.
“Setiap bulan, pasti ada penambahan koleksi buku,” katanya, yang memiliki keinginan kuat agar di Siantar ada komunitas membaca dan pecinta buku.
Fasilitas lainnya, Hansen menyediakan aneka mainan untuk anak-anak. Beberapa jenis mainan, seperti monopoli, congklak, dan lego.
Discussion about this post