“Rasanya waktu seperti terhenti sangat panjang. Saya belum pernah merasakan kehidupan seperti ini,” terang Jesica Yap, gadis cantik asal Pematangsiantar ketika diwawancarai Newscorner.id tentang situasi yang dialaminya dalam masa lock down yang diberlakukan Pemerintah California, Amerika Serikat.
Lock down telah diberlakukan di wilayah itu sejak Jumat (20/3) kemarin, sebagai langkah untuk mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19).
Meski demikian, Jesica menilai hal itu adalah yang terbaik untuk semua pihak.
“Tapi ini adalah situasi yang terbaik untuk kita semua. Banyak bisnis local/bisnis kecil yang terancam,” terangnya.
Selama masa lock down, Jesica pun mengajar piano secara online, memasak, olahraga, dan mengisi waktu unuk berberes sejumlah pekerjaan rumah yang sebelumnya tertunda oleh aktivitas luar ruang.
“Beresin kerjaan yang tertunda, baca buku, relax, catch up ama teman2 melalui social media,” kisahnya.
Meski banyak jadwal yang tertunda, namun sebagai penduduk dunia, ia memilih untuk menjalani keseharian sesuai anjuran dan arahan pemerintah.


“Kegiatan saya di rumah aja. Saya usahakan untuk menghadapinya dengan positif dan berpengharapan (hope) bahwa pandemi ini akan berhakhir secepatnya. Jika kita sebagai warga penduduk dunia menjalankan tanggung jawab kita masing-masing untuk mempraktekkan #socialdistancing dan #stayathome,” ajaknya.
Di mana sebelumnya, 19 Maret 2020 Jesica Yap barusan launching lagu judulnya “Together” yang sebenarnya direncanakan launchingnya akhir tahun. Namun kata Jesica ketika pandemi ini terjadi, lagu itu terngiang-ngiang dan ada rasa kuat yang mendorong untuk melaunchingkan single itu segera.
“Lagu itu menceritakan tentang kebersamaan. We are in this together. Dalam situasi ini walaupun kita berbeda kita semua bersatu bersama menghadapinya”paparnya..
Selama lock down, kata Jesica sejumlah bisnis ditutup dan hanya bisnis tertentu yang diperbolehkan untuk buka.
“Grosir yang menjual kebutuhan pokok, restaurant yang buka hanya untuk delivery/ take out, sebagian besar sudah tutup juga,” ujarnya.
Disampaikannya, dua minggu sebelum lock down, ia sudah membeli sejumlah kebutuhan pokok untuk persiapan dan saat ini kondisinya masih aman.
“Di sini orang-orang memperebutkan toilet paper. Kalau bagi saya, kebetulan saja juga masi ada beberapa simpanan dan saya bukan american jadi saya tidak pakai toilet paper sebanyak mereka dalam kehidupan sehari-harinya,” terang Jesica.
Dilanjutkannya, dalam situasi lock down ini mereka masih diberi kesempatan untuk pergi berbelanja kebutuhan pokok, hanya saja kegiatan lainnya harus dibatasi.
“Banyak toko-toko di sini yang membatasi jumlah orang yang masuk ke dalam toko untuk berbelanja demi kebaikan bersama. Toko-toko disterilkan sesering mungkin dan diberikan jarak sejauh 6 feet dalam rangka social distancing,” terangnya.
Ada hal yang menarik, di sana beberapa toko menyediakan waktu untuk senior (khusus orang tua) untuk berbelanja dan memprioritaskan mereka.
Sejumlah toko atau cafe pun hanya melayani penjualan “take out” (pembeli datang order dan bawa pulang) tidak boleh makan di tempat. Situasi di sana menurutnya tidak mencekam, namun kosong dan sepi. (Vay)
Discussion about this post