Perombakan Kabinet Merah Putih jilid dua yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto, menandai langkah strategis dalam penguatan sektor pertahanan dan keamanan nasional.
Salah satu keputusan penting adalah pengangkatan Edy Rahmayadi sebagai Menteri Pertahanan RI menggantikan Sjafrie Samsudin yang dipindahkan ke pos Menko Polhukam.
Menurut Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas), Sutrisno Pangaribuan,
keputusan Presiden ini bukan sekadar rotasi jabatan, melainkan langkah kalkulatif pasca terjadinya aksi massa yang menimbulkan korban jiwa, luka-luka, serta kerugian negara hingga Rp 1 triliun lebih akibat kerusakan fasilitas umum dan kantor pemerintahan.
Apalagi, Edy Rahmayadi bukan figur baru dalam dunia pertahanan. Mantan Pangkostrad ke-38 ini memiliki pengalaman panjang di lapangan dan kedekatan historis dengan Prabowo Subianto yang juga pernah menjabat Pangkostrad ke-22. Dari sisi sipil, Edy pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara (2018–2023).
“Edy terbukti mampu menjaga stabilitas Sumut di tengah pandemi Covid-19, serta membangun komunikasi politik yang baik dengan 100 anggota DPRD Sumut. Maka, ia juga pasti mampu berkomunikasi politik dengan DPR RI,” ujar Sutrisno di Medan, Selasa (9/9).
Dalam pandangan Kornas, salah satu keunggulan Edy adalah loyalitas dan kepatuhannya pada garis komando.
“Sebagai prajurit, Edy Rahmayadi terbukti patuh dan hormat pada senior. Ia pasti loyal kepada Menko Polhukam Sjafrie Samsudin dan tentu kepada Presiden Prabowo,” ungkapnya.
Edy juga dinilai tidak memiliki hambatan politik karena tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun, sehingga Presiden tidak perlu bernegosiasi dengan ketua umum partai.
Selain karier militer dan pemerintahan daerah, Edy juga pernah menjadi Ketua Umum PSSI ke-16. Pengalaman tersebut dianggap melengkapi kapasitas sipilnya dalam mengelola organisasi besar.
“Pengalaman lapangan yang lengkap, dari militer, sipil, hingga olahraga, membuat Edy Rahmayadi siap menjalankan tugas sebagai Menhan. Ia figur yang dapat diandalkan untuk mengawal Asta Cita Presiden Prabowo,” tegas Sutrisno.
Dia mengatakan, pengangkatan Edy Rahmayadi menegaskan pola Prabowo yang memilih pembantu loyal, berpengalaman, dan siap bekerja cepat tanpa adaptasi panjang.
“Kedekatan mereka sebagai sesama mantan Pangkostrad menambah ikatan kepercayaan,” sebutnya.
“Pasca aksi massa yang mengguncang legitimasi pemerintah, pilihan ini sekaligus sinyal penguatan koordinasi pertahanan dan keamanan dengan kombinasi Sjafrie-Edy, dua figur militer senior yang punya rekam jejak sipil dan politik,” pungkasnya.