Penyebab matinya ratusan ribu ekor ikan di Perairan sekitar Pangururan Danau Toba, menyebabkan kerugian bagi pemilik Keramba Jaring Apung (KJA). Kejadian tersebut pun menjadi perhatian sejumlah pihak, mulai dari pemerintah hingga pemerhati Danau Toba.
Diperkirakan matinya ikan-ikan tersebut akibat faktor perubahan cuaca dan iklim (alam). Hal ini disampaikan Sekdis pertanian sekaligus Plt. Kabid Perikanan Kabupaten Samosir, Jhunellis Sinaga,A.Pi.,M.ST.Pi kepada Newscorner.id Rabu (22/8) malam.

“Sebelumnya juga hal itu sudah pernah terjadi di tahun 2016, tepatnya di Tanjung Bunga desa Siogung ogung, dan itu disebabkan karena perubahan suhu dari dasar ke permukaan air (Up Welling), sehingga amoniac itu jadi meningkat dan gas-gas beracun yang dari dasar itu jadi ikut naik sehingga oksigen yang diperlukan oleh ikan jadi berkurang dan menyebabkan ikan tersebut mati,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan Jhunellis Sinaga bahwa dari hasil pemeriksaan yang dilakukannya siang tadi di lokasi, kematian ikan bukanlah karena virus atau penyakit.
“Dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan tadi siang di lokasi, kematian ikan bukan karena virus atau penyakit. Kalau karena virus atau penyakit pada sirip atau insang ikan akan ditemukan bintik maupun bercak,” jelasnya
Ia pun menghimbau kepada pemilik KJA agar mensterilkan jaring atau net yang sebelumnya menjadi tempat pemeliharaan ikan. Sementara regulasi terkait KJA di wilayahnya kata, Jhunellis saat ini tengah disusun dalan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda).
Ditambahkankannya juga, tata letak dan posisi KJA yang terlalu rapat dan minim sirkulasi ikut memicu kematian ikan-ikan tersebut. Ke depan pihaknya masih terus melakukan penanganan atas hal tersebut.(Vay)