“Aku marga Aritonang, mamakku di Tarutung,” kata Lucen kepada Sudi.
“Jadi tantemu lah mamanya Andro,” sebut Susi.
“Iya,” jawab Lucen.
Disampaikan Lucen padanya kalau orangtuanya tinggal di Desa Sitompul, Tapanuli Utara. Meski hingga saat ini Susi belum pernah ke sana.
Di awal hubungan mereka, sebenarnya Susi mengaku sudah dibohongi oleh Lucen. Sebab, Lucen mengatakan ayahnya telah lama meninggal dunia. Lalu ibunya menikah lagi dengan seorang pria bermarga Sianturi.
“Dari awal sudah ada kebohongan. Disampaikannya kalau bapak kandungnya telah lama meninggal, lalu ibunya menikah lagi dengan seseorang bermarga Sianturi. Padahal tidak seperti itu ceritanya. Saya dibohongi nih dua tahun,” ujarnya.
Masih disampaikan Susi, Lucen menyampaikan padanya mereka ada sembilan bersaudara. Meski dari bapak yang berbeda, namun mereka kompak dan meminta kepada Susi agar kelak tidak membeda-bedakan.
Setelah mereka bertemu, di hari Minggu mereka beribadah bersama di Gereja HKBP Pabrik Tenun. Di sanalah, menurut Susi selanjutnya Lucen menyampaikan rasa cinta secara langsung kepadanya.
Ayah angkat Lucen, Pendeta Mungkur bertanya kepada mereka keduanya kapan mereka melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Namun saat itu Lucen mengatakan kepada pria yang dipanggilnya papi itu, bahwa mereka baru saja menjalin hubungan.
Lalu Lucen kembali ke Duri. Ia datang lagi ke Medan di bulan Oktober. Saat itu menurut Susi, Lucen ada masalah dengan mantan pacarnya. Mantan pacar yang gagal menikah meski sebelumnya sudah sepakat keduanya menikah pada bulan Juni 2015.
Di bulan Oktober itu juga, Susi dipanggil oleh keluarga Lucen (Pdt Mungkur) ke rumah mereka untuk membicarakan hubungan mereka secara serius. Pendeta Mungkur mengatakan tak ingin mereka berlama-lama berpacaran, lebih baik segera menikah.
Pendeta Mungkur bertamya kepada Susi apakah ia sudah mengetahui risalah keluarga Lucen. Selanjutnya direncanakan untuk datang ke rumah orangtua Susi pada bulan Desember.
Selanjutnya 10 Desember 2015, Lucen datang bersama Pdt Mungkur dan seorang tulang-nya dari Tarutung datang ke rumah orangtua Susi. Mereka membawa makanan secara adat dan menyampaikan niat mereka untuk melamar Susi (marhata sinamot).