Selanjutnya disepakati tanggal pernikahan mereka, yakni 16 Juni 2016. Hal tersebut dicatat dan dimasukkan dalam agenda.
Lalu pihak keluarga Lucen berjanji akan datang kembali pada bulan Februari untuk meneruskan rangkaian adat (Marhori-hori dinding).
Januari 2016, Pdt Mungkur berangkat ke Tarutung menemui ibunya Lucen. Disampaikan bahwa Pdt Mungkur yang akan menjadi pangamai (wali) dalam pernikahan mereka. Sebelumnya, ibu Lucen sudah setuju. Namunj rupanya abangnya Lucen yang sudah berumahtangga dan tinggal di Sibolga, tidak setuju.
Alasannya, mereka hanya dua orang laki-laki bersaudara dari satu bapak. Mereka berdua lah yang akan membawa marga dan tanggung jawab adat. Sementara Mungkur dan Aritonang sudah berbeda marga.
Keberatan itu mendapat dukungan dari keluarga besar. Pendeta Mungkur pun batal mangamai.
Keluarga Pendeta Mungkur pun datang ke rumah orangtua Susi. Ia meminta maaf karena tak bisa menjadi wali dalam pernikahan yang telah direncanakan pada Juni 2016.
Pihak keluarga Susi menerima jika wali pernikahan diganti, asal tanggal dan bulan yang sudah disepakati dapat dilanjutkan sesuai rencana.
Namun, ibunya Lucen meminta agar pernikahan diundur hingga tahun depan (2017). Hanya saja, keluarga Susi menolak. Sebab, ibunya susi berpikir tidak baik jika diundur-undur dan terlalu lama dibiarkan.
Ibu Lucen meminta waktu lagi. Katanya, masih banyak hal yang harus ia ia pikirkan.
“Datang mamanya Lucen bilang, godang nai dope sipikkiranku, Eda,” cerita Susi
Kesepakatan diubah. Pernikahan dijadwalkan bulan Oktober 2016.
Namun hingga akhir bulan Juli 2016 belum ada pemberitahuan dari keluarga Lucen, baik tentang biaya maupun hal lain yang akan disiapkan menjelang acara pernikahan.
Susi pun mempertanyakan hal tersebut kepada Lucen. Lalu, Lucen menghubungi ibunya di kampung.
Menurut Susi, saat itu Lucen sempat merasa tak enak dengan sang ibu. Pasalnya, ibunya mengatakan tak ada lagi biaya untuk pernikahannya.
“Mamaknya bilang sama bang Lucen kalau uang udah ga ada lagi untuk pestamu. Saya memang tidak ada komunikasi langsung dengan ibunya saat itu. Tapi saya juga kesal. Saya sempat bilang sama bang Lucen agar dia cari wanita lain saja. Soalnya keluarga kami pun sudah malu, asik diundur-undur,” kisah Susi.