Namun Lucen meminta agar Susi bersabar. Selanjutnya Agustus 2016, Susi mendapat telepon dari ibu Lucen, yang mengatakan salah seorang menantu perempuannya meninggal dunia. Maka tak mungkin pesta pernikahan mereka dilangsungkan bulan Oktober
“Meski aku tau batalnya pernikahan itu sebelum ada anggota keluarga yang meninggal, tapi aku jaga juga jangan sampai mamanya Lucen merasa malu. Aku jawab, ya kita bersabarlah namboru,” terang Susi.
Bulan Agustus itu juga, Lucen dan ibunya bersama bapak tirinya bermarga Sianturi datang ke rumah orangtua Susi untuk menyampaikan pengunduran pernikahan. Dalam pertemuan itu, ibunya Susi menanyakan kepastian tanggal pernikahan mereka kepada keluarga Lucen.
Lantas, keluarga Lucen menjawab bahwa pernikahan mereka akan diselenggarakan tahun depan. Mendengar jawaban itu, orangtua Susi kurang puas. Mereka meminta kepastian jadwalnya.
“Mama tanya, tahun depannya itu kapan. Tapi keluarga mereka hanya meminta agar pihak kami menunggu kedatangan mereka untuk memberikan kepastian,” terang Susi.
Saat itu, sambung Susi, sebenarnya ibunya mulai jengkel dan merasa dipermainkan.
“Tidak bisa begitu. Kalian jangan menggantung boru saya,” kata ibunya seperti ditirukan Susi.
Susi sendiri saat itu mencoba ikut berbicara.
“Gini lho Bou, tahun depan itu 2017 ada 12 bulan. Jadi saya harus menunggu dia tanpa kepastian? Nggak bisa begitu lho, Bou. Saya juga harus memikirkan masa depan saya,” sebut Susi saat itu.
Lucen menimpali agar orangtuanya memberikan kepastian dan tidak menggantung hubungan mereka. Saat itu juga Lucen langsung meminta agar orangtuanya memberikan kepastian. Dia meminta agar pernikahannya dengan Susi digelar antara bulan Juni atau Juli tahun 2017. Lalu disepakati pernikahan keduanya digelar tanggal 14 Juni 2017.
Pasca pertemuan tersebut, hubungan Lucen dan Susi berlanjut, tetap LDR alias jarak jauh. Lucen di Duri dan Susi di Medan.
Menjelang tanggal pernikahan yang telah disepakati, tepatnya seminggu sebelumnya atau 7 Juni 2017 Susi mengalami kecelakaan saat mengantarkan undangan pernikahan.
“Kepala saya bocor hingga empat jahitan. Saat itu saya, juga keluarga berpikir ini pertanda apa,” kata Susi.