Namun Susi menepis pertanda itu. Ia fokus pada rencana pernikahannya yang sudah di depan mata. Pernikahan pun dilangsungkan, yang dilanjutkan acara adat dan resepsi.
Usai pesta, pengantin dibawa ke rumah Pendeta Mungkur, orangtua angkat Lucen. Dari rumah itu, pasangan pengantin baru itu diantar ke salah satu hotel di Medan oleh Pendeta Mungkur dan adik Lucen, Andro.
Saat keduanya masih menikmati masa bulan madu, pagi-pagi adik perempuan Lucen, Erlinda menelepon abangnya. Melalui pembicaraan di telepon, Erlinda meminta agar Lucen pulang ke rumah Pendeta Mungkur untuk mengantarkan obat putranya yang berkebutuhan khusus. Kata Erlinda, obat tersebut berada di tas kecil milik Lucen.
“Pulang sekarang! Antarkan obat Dany yang ada di tas mu. Obat itu harus diminumnya sebelum sarapan!” kata Erlinda kepada Lucen seperti ditirukan Susi.
Susi sempat komplain mengapa Lucen membawa-bawa obat anaknya Erlinda. Namun Lucen menegaskan, seingatnya ia tidak ada membawa obat tersebut. Namun ternyata obat itu memang ada di dalam tas Lucen.
Segera, Lucen yang terlihat panik langsung bergegas hendak mengantarkan obat tersebut. Namun Susi menahannya. Ia menawarkan agar obat tersebut dikirim menggunakan jasa transportasi online. Lucen pun setuju.
Lucen menelepon Erlinda dan mengatakan obat dikirim dan sedang dalam perjalanan. Namun Erlinda tak menjawab. Ia langsung mematikan telepon.
Siangnya, Susi dan Lucen mendatangi kantor Catatan Sipil di Lubukpakam, Deliserdang, guna mensahkan pernikahan mereka secara hukum negara.
Dari Lubukpakam, keduanya pulang ke rumah Pendeta Mungkur. Saat hendak kembali ke hotel dan berpamitan, Erlinda tidak menghiraukan. Ia hanya tiduran dan pandangannya menatap langit-langit.
Keesokan harinya, sekitar pukul 06.00 WIB, Erlinda kembali menelepon Lucen. Ia meminta Lucen segera pulang. Alasannya, Dany sakit parah dan harus segera dibawa ke rumah sakit.
“Katanya, (sakit) ginjalnya kumat,” tukas Susi.
Mendengar kabar itu, Lucen panik.Apalagi, Erlinda mengatakan sudah dua hari Dany tidak buang air kecil.
Susi berusaha menenangkan suaminya.
“Di rumah itu ada dua mobil. Amang (pendeta), Andro, tulang dan ada yang lain di rumah. Mereka bisa bawa Dany ke rumah sakit,” sebut Susi.
Siangnya, mereka check out dari hotel dan kembali ke rumah Pendeta Mungkur. Namun rumah sepi. Hanya ada istri pendeta. Susi menyangka orang-orang semua ke rumah sakit. Hanya saja ketika ia bertanya, ternyata tidak ada yang ke rumah sakit.
“Ada yang (belanja) monza. Sedangkan Dany, ternyata dibawa ibunya makan mie ayam ke warung yang ada di simpang jalan dekat rumah Pendeta Mungkur,” tukas Susi, yang mengaku saat itu sangat terkejut.