Berumah tangga dan menjalin hubungan keluarga dalam ikatan pernikahan serta berketurunan hampir menjadi tujuan hidup sebagian besar orang dewasa.
Pernikahan pun berlangsung dengan latar belakang yang beragam. Meski banyak yang berawal dari perkenalan dan pertemuan tak sengaja, namun banyak pula yang menikah setelah awalnya berteman, pun sebagian dijodohkan.
Kemajuan teknology informasi saat ini menambah warna baru, dalam hal perjodohan dan pernikahan.Mulai dari sejumlah situs pencari jodoh hingga perkenalan lewat media sosial facebook, wechat dan sejenisnya.
Kendati demikian, masih saja bermunculan korban penipuan di kemajuan teknologi yang seharusnya membuat manusia lebih mudah mengetahui banyak hal.
Seperti kejadian yang dialami Syarifah Nurul Husna (20) wanita cantik di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi selatan ini. Ia tertipu dan terpedaya.
Dua tahun menjalin hubungan, dengan sesesorang yang diketahuinya bernama Rahmat (26). Akhirnya mereka sepakat untuk menikah setelah berhasil mendapat restu dari orangtua.
Berbekal restu orangtua, pernikahan pun digelar Minggu (17/9/2017). Ijab kabul dilangsungkan sederhana di hadapan imam masjid kampung di Dusun Erelebu, Desa Ekatiro, Kecamatan Bontobahari, Bulukumba.
Pernikahan sederhana itu pun disepakati, dengan janji Rahmat akan menggelar resepsi pesta besar setelahnya. Sah, mereka suami istri, dan malamnya dua insan ini memacu birahi diatas ranjang pengantin.
Sayangnya Rahmat bukanlah seorang pria, ia adalah wanita yang menyamar sebagai wanita dan berhasil mengelabui Syarifah.
Malam pertama pun ternyata tipuan. Rahmat menggunakan alat kelamin palsu saat mengagahi dan merenggut keperawanan wanita cantik ini.
Kini Rahmat, pemilik nama asli Rahmayani itu pun menghilang. Ia jadi buruan polisi setelh kasusnya mencuat. Berikut kisah lengkap perjalanan asmara keduanya,
Kisah Cinta keduanya pun terbilang unik, berawal dari pertemanan di media sosial (Facebook) pada akhir tahun 2015 silam. Syarifah kala itu masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bontotiro, Bulukumba.
Waktu pun bergulir, Syarifah beranjak dewasa san sudah duduk di bangku kelas 3 SMA Bontotiro.
Rahmat tak bisa lagi menutupi keterpesonaannya pada gadis Erelebu itu.
“Jadi suatu waktu Rahmat chat dengan saya lalu meminta nomor telepon,” kata Syarifah di Kantor Polsek Bontobahari.
Syarifah dan Rahmat belum pernah bertemu secara langsung.
“Saat Rahmat menelepon menyampaikan maksudnya, ibu saya yang terima telepon itu,” kata Syarifah usai menjalani pemeriksaan di Mapolsek.
Rahmat tak tahu saat ia komunikasi lewa telepon, ibu Syarifah lah yang berbicara dari seberang,
Dia Ungkapkan rasa cintanya pada Syarifah. Syamsudar berbunga-bunga menyambut cinta Rahmat pada anaknya itu.
“Dia katakan suka sama anak saya dan ke depan berniat mau dinikahinya. Sebagai ibu tentu senang mendengar kabar itu dan menyambutnya dengan baik,” kata Syamsudar.
Tak hanya sang ibu, Syarifah juga menyambut niat baik Rahmat Yani, meski dia belum pernah bertemu langsung.
Selama dua tahun menjalin kasih di media sosial pada Mei lalu, Rahmat Yani mengajak Syamsudar bersama kekasihnya bertemu di salah satu tempat di Makassar.
Rahmat pun sedikit membuka identitasnya dengan menyampaikan bahwa ia saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan di Kalimantan Timur tetapi juga berasal dari Herlang, Bulukumba.
Selama dua tahun ini menjalin asmara dengan Syarifah, dia kerap mengirim bingkisan oleh-oleh ke orang tua Syarifah di kampung.
Selanjutnya ia pun menjumpai orangtua Syarifah, Amri dan Syamsudar. Ia mengungkapkan rencananya menikahi putri sulung pasangan itu.
Proses menjelang pernikahan pun berjalan dan diurus sendiri oleh Rahmat. Kepada Syamsudar dan Amri, Rahmat mengaku harus segera menikahi Syarifah karena akan dinikahkan dengan gadis lain oleh orangtuanya.
“Prosesi lamarannya dia sendiri yang sampaikan ke saya. Alasannya tanpa dokumen karena dia mengaku orangtuanya mendesak akan nikahkan ke orang lain, makanya kami terima dan soal dokumen dia janjikan usai nikah baru diurusnya,” jelas Syamsudar.
Tawaran kredit uang panaik dari Rahmat pun diterima. Rahmat menyetujui uang panaik sebesar Rp Rp 30 juta, tapi hanya dibayar Rp 17 juta dulu, selebihnya dicicil.
Namun kabarnya, uang panaik Rp 17 juta tersebut sebenarnya adalah uang Syarifah, bukan murni dari Rahmat.
Jadi ceritanya, Syarifah menjual sepeda motornya seharga Rp 17,5 juta, lalu uang hasil penjualan dipinjamkan ke calon suaminya agar prosesi pernikahan bisa berjalan. Saat itu, Rahmat mengaku tak punya uang.
Syamsudar dan Amri pun sepakat, termasuk ketika Rahmat menawarkan nikah siri saja dulu. Meski sudah ada yang curiga pada suara lembut Rahmat saat ijab kabul, tapi proses terus berlanjut. Ppesta pernikahan pun berlangsung mewah untuk ukuran warga di Erelebu.
Pakaian dan aksesoris pengantin ditambah pelaminan Jepara senilai Rp 8-10 juta.
Malam pertama pun tiba, meski baru bertemu fisik, Syarifah merasa sudah dekat dengan Rahmat.
Sudah 2 tahun dia menunggu dan akrab dengan mantan kekasihnya itu. Syarifah serahkan segalanya.
Tapi, Syarifah pun mulai curiga pada segalanya.
“Saat itu antara percaya dan tidak karena punyanya mirip milik laki” dan tetap jalaninya (berhubungan intim). Dan besok pagi baru kami kaget karena kelihatan itu alat yang dipakainya,” kata Syarifah.
Paginya rumah mempelai wanita pun heboh, Rahmat bangun pagi tanpa rasa curiga.
Semuanya berantakan saat Syamsudar tak sengaja masuk kamar pengantin, pagi itu. Syamsudar iseng menyambangi anaknya saat Rahmat ke kamar mandi.
Pandangan Syamsudar tak sengaja mengarah ke pakaian dalam Rahmat.
“Apa itu? Kenapa ada begitu?” tanya Syamsudar melihat “kelamin” Rahmat nempel di celana dalamnya.
Syarifah lalu menceritakan kecurigaannya semalam saat dia serahkan segalanya pada Rahmat.
Belum tuntas cerita Syarifah, Kepala Dusun Erelebu tiba. Kedatangan kepala dusun sebenarnya bukan untuk menanyakan malam pertama Syarifah.
Ia datang untuk menanyakan sebidang tanah yang jadi mahar Syarifah.
Tapi, bukan penjelasan tanah yang dia terima. Syarifah dan Syamsudar justeru curhat soal “keanehan” Rahmat. Mereka bertiga kemudian menginterogasi Rahmat.
Setelah memastikan Rahmat adalah Rahmayani, kepala dusun dan kerabat Syamsudar membawanya ke Kantor Polsek Bontotiro.
Alasan keamanan, Rahmat diserahkan ke Polsek Bontobahari.
Tapi, Rahmat berhasil lolos dan meninggalkan Bontobahari setelah dari kantor polisi.
“Sekarang ini kami sudah tangani, Syarifah mengaku ditipu oleh Rahmat Yani, kedua dia memalsukan identitas KTP di Makassar, ketiga menipu orang-orang di sini,” kata Kapolsek Bontobahari, Umar Siatta. (Yuni/red)
Discussion about this post