Namun hal tersebut tak ia dapat, bahkan setiap ada hal yang ingin mereka (Lucen dan Ibunya) selalu berembug di rumah kontrakan Erlinda.
Kala malam, ia pun sering ditinggal sendiri di kontrakan, sementara suaminya pergi ke kontrakan Erlinda menemui ibunya.
Kehadiran kakak Lucen di sana ternyata tak membuahkan hasil yang baik. Berembuk di rumah kontrakan Erlinda ternyata berakhir tak baik. Erlinda dan Mak Pulo terlibat perdebatan, bahkan Lucen pun mendapat perlawanan.
Susi pun menceritakan ia sering mendapat telepon darinomor dan orang tak dikenalnya. Bahkan sebelum ia berangkat ke Duri. Penelpon menceritakan tentang Lucen dan Erlinda, namun ia tak menanggapi.
Dua minggu berselang, mertuanya pun kembali pulang ke Medan setelah sebelumnya Mak Pulo juga sudah kembali dari Duri. Namun Erlinda tak berhasil di bawa kembali dari Duri.
Sering kata Susi setiap kali pulang bekerja Lucen hanya singgah sebentar makan di rumah lalu pergi ke rumah Erlinda, alasannya ia disuruh oleh ibunya. Hal tersebut pun membuat Susi mulai gerah.
Menurut Susi, bahkan untuk urusan gaji pun Lucen tak pernah jujur padanya. Ia sebenarnya tak menuntut uang banyak atau lebih, namun ia keberatan atas ketidakjujuran suaminya.
Disambungnya, ia sempat protes karena suaminya malah lebih memikirkan Erlinda dan anaknya dibanding rumah tangga mereka. Dengan uang sebesar 1,5 juta yang ia terima, ia pun diminta untuk berhemat.
Mulai dari bayar kontrakan rumah hingga semua kebutuhan rumah tangga. Bahkan Lucen rela ia dan istrinya tidur beralaskan karpet usang dengan pakaiannya ditumpuk beralas koran di lantai demi mmbagi penghasilannya untuk Erlinda dan Dany.
Dalam protesnya Susi menyebutkan bahwa sepantasnya Erlinda dan anaknya bukanlah tanggung jawab mereka semata.