“Abang lagi ada urusan dek, tadi mau bangunin adek gak enak. Adek tidurnya nyenyak kayak bayi. Udah jangan curigaan ya. Jangan mikir macam-macam yah, abang cuma ada urusan kok,”
Pembagian raport para siswa pun usai, tugasnya di sekolah rampung. Susi Juliana Simanjuntak menyusul suaminya Lucen Ricardo Aritonang, yang telah lebih dulu berangkat ke Duri bersama Erlinda dan Dany seminggu sebelumnya.
Dari Medan, Sumatera Utara, Susi pun berangkat menuju Duri, Provinsi Riau. Ia tak sendiri, namun ditemani mertua dan kakak iparnya (kakak Lucen) yang akrab disapanya Eda Mak Pulo.
“Eda Pulo sengaja ikut waktu itu, untuk jadi penengah. Karena keberangkatan mamanya Lucen selain untuk mengantar aku, juga untuk membawa pulang Erlinda dan Dani,” terang Susi.
Diceritakan Susi, satu unit rumah pun telah dipanjar untuk Erlinda di Tanjung Morawa, letaknya tak jauh dari rumah Mak Pulo.
Sampai di Duri, ia pun merasa ada yang aneh. Sebelumnya ia sudah memesankan agar suaminya mencarikan rumah tinggal untuk mereka di komplek yang banyak ditempati suku Batak agar ia lebih mudah beradaptasi.
Karena ia pendatang baru di Duri, sementara suaminya sering masuk bekerja malam sebagai security di Chevron. Ia berharap ada tetangga yang dapat memperhatikannya.
Ia pun dibawa ke salah satu rumah kontrakan milik tulang Lucen. Di rumah itu, Susi pun minta agar dipertemukan dengan Erlinda.
Ia ingin meminta penjelasan, permasalahan apa yang membuat adik perempuan suaminya itu bersikap tak bersahabat sejak awal pernikahan mereka.
Namun kala itu mertuanya malah menyarankan Susi untuk pintar pintar mendekati Erlinda. Susi merasa keberatan, karena secara tatanan adat istiadat Batak yang dipahaminya, tak sepantasnya ia harus demikian terhadap Erlinda.
Susi menceritakan, mertuanya pun hanya menginap satu malam di rumah mereka, selebuhnya di kontrakan Erlinda.
Discussion about this post