Di dalam mobil saat perjalanan menuju Mandala, Susi dan Lucen bertengkar.
“Dalam mobil, bang Lucen marah samaku. Aku dianggapnya nggak membela dia ketika keluarga minta Erlinda tidak kembali ke Duri. Saat itu, aku jawab yang sebenarnya, yakni Eda Pulo (kakak Lucen, red) sebelumnya pun sudah bilang samaku agar jangan tinggal dengan Linda. Bahkan dibilangnya, Linda nggak boleh lagi di Duri,” jelasnya.
Saat itu juga, Susi bertanya kepada Lucen mengapa keluarga besar tidak mengizinkan Erlinda tinggal di Duri lagi. Jika memang tak tinggal serumah, tetapi kan bisa dia tinggal di rumah lain.
“Kenapa keluargamu nggak membolehkan Linda tinggal di Duri kalau memang nggak ada apa-apa? Sebenarnya ada apa, kok sampai nggak boleh tinggal di Duri?” tanya Susi kepada Lucen.
Hanya saja, sambung Susi, suaminya tidak memberikan jawaban.
Dari Mandala, mereka kembali ke rumah Pendeta Mungkur di Pabrik Tenun. Begitu tiba, Susi menuju kamar di lantai dua yang diperuntukkan untuk dirinya dan Lucen. Di dalam kamar, Susi mengerjakan raport murid-muridnya. Lucen, katanya, menemaninya bekerja.
Tetiba, terdengar suara tangisan anak kecil di luar kamar. Lucen langsung membuka pintu. Ternyata itu suara tangisan Dany, anak Erlinda.
Lucen langsung menggendong Dany dan membawanya ke tempat tidur. Melihat itu, Susi merasa heran mengapa tiba -tiba Dany ada di depan pintu kamar mereka.