Diancam akan ditinggal pergi dari rumah itu dan membangunkan Pendeta Mungkur, Lucen pun membawa Dany turun. Lalu ia ke luar rumah dan duduk di teras gereja. Susi pun mengikutinya.
Ada sekitar satu jam mereka mengobrol membahas permasalahan rumah tangga di sana. Masuk ke rumah, ternyata Lucen kembali membawa Dany naik ke kamar mereka di lantai dua.
Susi menyerah ketika Lucen minta tolong agar Dany diperbolehkan tidur di sana bersama mereka.
Hingga pagi harinya, istri Pendeta Mungkur yang tengah memasak di dapur yang berada di sebelah kamar, terkejut melihat Dany keluar sambil merengek dari dalam kamar.
Ia memerintahkan agar Dany dipegangi, jangan sampai ke tangga. Karena sebelumnya Dany tak pernah dibiarkan sendiri di lantai dua, karena ia berkebutuhan khusus.
“Lihat si Dany itu, awas jangan sampe ke tangga. Bisa jatuh nanti. Kok bisa di atas dia itu?” kata istri pendeta, seperti dituturkan Susi.
Hal tersebut, kata Susi, menguatkan dugaan keberadaan Dany malam itu di depan kamar karena diantar mamanya.
Mengetahui apa yang terjadi, istri pendeta berang.
“ Jadi tidur di kamar kalian si Dani ini tadi malam?” tanya istri Pendeta Mungkur.
“Iya, mi,” jawab Susi, dan selanjutnya ia menjelaskan antara dia dan Lucen sempat berantam malamnya.
“Makin marahlah mami saat itu,” tambah Susi