Mengenal Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara (1)
Suhu politik di Sumatera Utara menjelang Pilgubsu kian panas. Apalagi sudah memasuki tahap pendaftaran. Nama-nama yang akan bertarung pun mengerucut ke tiga pasangan.
Hingga Selasa (9/01/2018), sudah ada dua pasangan yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Utara. Kedua pasangan tersebut yakni: Edy Rahmayadi-Musa Rajeck Shah dan Jopinus Ramli Saragih-Ance Selian.
Mengenai biografi dua pasangan tersebut sudah banyak penulis dan media dan mengulasnya. Namun newscorner.id mencoba mengulas kehidupan mereka dari sudut pandang yang berbeda.
Yang pertama disajikan yakni sisi kehidupan Edy Rahmayadi. Sebab Edy-lah bakal calon Gubernur Sumatera Utara yang kali pertama mendaftar ke KPU. Simak ulasannya.
Edy Rahmayadi berlatar belakang militer dengan pangkat terakhir bintang tiga (Letnan Jenderal). Ia rela pensiun dini. Padahal, sangat besar peluangnya untuk meraih Jenderal bintang empat.
Masyarakat Sumatera Utara sendiri, sudah jauh-jauh hari akrab dengan pria yang jabatan terakhirnya sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ini. Sebab, Edy sempat menjabat sebagai Panglima Kodam I/BB pada tahun 2015.
Edy merupakan seorang prajurit yang memulai karir dari bawah. Lahir tanggal 10 Maret 1961, di Sabang, Aceh, Edy yang bersuku Melayu asli, banyak menghabiskan masa kecilnya di Besitang, Langkat, Sumatera Utara.
Ayahnya, Rahman Ishaq juga anggota TNI, dengan pangkat terakhir sebagai Kapten. Rahman sempat bertugas di Aceh, tepatnya di Pulau Sabang, Aceh. Dan di sanalah Edy Rahmayadi lahir.
Edy menamatkan sekolah menengahnya di SMA Negeri 1 Medan, dan sempat kuliah di Universitas
Islam Sumatera Utara (UISU) tahun 1979.
Di kampus UISU inilah Edy bertemu Nawal Lubis. Selanjutnya, Edy dan Nawal menikah. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak.
Putri sulung Edy, Siti Andina Rahmayani, menikah tahun 2016 lalu. Resepsi pernikahannya diselenggarakan di Medan dan Jakarta di bulan November 2016.
Edy menamatkan pendidikannya di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(Akabri) tahun 1985.
Setelah lulus, ia langsung mengomandani batalyon di jajaran Korps Pasukan
Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat.
Sebagai seorang prajurit, Edy sudah bertugas di berbagai daerah di Indonesia. Ia sudah merasakan menjadi komandan tentara, dari Aceh hingga Papua, mulai Asisten Operasi di Komando Daerah Militer Iskandar Muda hingga Komandan Resor Militer 174 Cendrawasih.
Ia juga pernah menjabat Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 100/Prajurit Setia, Kodam I/Bukit Barisan pada tahun 1998.
Tahun 2015, ia dipercaya menjadi Panglima Kodam I/BB, menggantikan Mayjen TNI Winston
Pardamean Simanjuntak.
Belum genap setahun, ia dipercaya menjadi Pangkostrad. Edy dilantik sebagai Pangkostrad, Juli 2015 menggantikan Jenderal TNI Mulyono yang diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad).
Peduli Sepakbola
Edy sempat menjadi penyelamat sepakbola Sumatera Utara, khususnya kota Medan. Edy pernah menjadi pembina tim PSMS Medan dan menyelesaikan konflik internal.
Bahkan, PSMS kembali menunjukkan tajinya dengan menjadi juara di kompetisi Piala Presiden.
Setelah menjadi pembina di PSMS, Edy menjadi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Ia mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI ketika menjabat Pangkostrad.
Edy menang dalam pemilihan ketua Umum PSSI di Jakarta, 10 November 2016. Dari 107 perwakilan, Edy mengantongi 73 suara.
Edy pun menjadi ketua PSSI periode 2016–2020 menggantikan La Nyala Matalitti.
Kini, Edy yang merupakan salah seorang penggagas pembangunan Masjid Agung Medan ini siap bertarung di Pilgubsu 2018.
Didukung 6 partai politik (60 kursi DPRD Sumatera Utara), Edy optimis bisa meraih kemenangan, dan menjadi Sumatera Utara sebagai provinsi yang bermartabat. (*)
Discussion about this post