Hari ini hujan, hujan yang lucu menurutku.
Tiba-tiba deras lalu berhenti kemudian gerimis lalu berhenti, seperti perasaan seseorang yang tidak tau apakah dia mencintai pacarnya atau tidak.
Kadang rindu kadang tidak tetapi lebih banyak tidaknya. Apakah aneh bila seseorang jarang rindu pada pacarnya? Apakah perasaan memang harus selalu ditunjukkan lewat perlakuan yang berlebihan. Sering bertemu, sering berbincang, mengucap sayang, berfoto bersama.
Menurutku itu terlalu mana kala nanti suatu hari di depan sana, ada jalan bebatuan melintang yang tak bisa ditapaki tanpa alas kaki dan cinta sudah tak ada artinya lagi. Ketika dua orang itu akhirnya tak ingin bertemu lagi, tak pernah berbincang lagi, membenci kata-kata cinta yang sering mereka ucapkan dulu.
Hari ini hujan, hujan yang membuatku banyak merenung.
Mengapa kita harus bingung dengan usia yang semakin menua dan pasangan hidup yang tak ada. Memang kenapa kalau masih sendiri? Tak ada yang benar-benar ingin sendiri, sebab kita diciptakan Tuhan berpasang-pasangan.
Tapi untuk saat ini mungkin sendiri adalah persiapan Tuhan sebelum akhirnya bersama-sama entah dengan siapa. Jangan kau hina siapapun yang sedang sendiri, sebab kau juga pernah sendiri sebelum akhirnya bersama dia.
Sebab kau tak akan tahu mungkin satu jam lagi ,dua jam lagi, besok, minggu depan atau bulan depan kau akan diputuskan oleh pacarmu lalu kau akan sendiri, pahit seperti kopi kakekku yang selalu di seduh tanpa gula.
Hari ini hujan, hujan yang membuatku meminum segelas kopi susu sampai habis.
Biarlah kopi susu ini dibilang alay oleh Zafran.
Kopi hitam terlalu pahit untuk perempuan yang jarang rindu. Berharap setelah meminum kopi susu sampai habis rindu akan muncul seiring dengan kepulan asap dari kopiku yang masih sangat panas dan membuat lidah hampir terbakar. Tapi tidak, aku tidak rindu sama sekali dengan dirinya. Padahal di permukaan gelas kopiku yang masih setengah muncul bayangan wajahnya yang sendu dan selalu mengalah, tapi rindu tak juga datang padaku.
Kapan rindu itu akan datang? Apakah ketika nanti ketika dia sudah lelah rindu sendirian, ketika cintanya yang masih sama seperti pertama kali jatuh cinta padaku tapi ada langkah-langkahnya yang mundur perlahan. Lalu menghilang kemudian rinduku datang menikam aku bertubi-tubi dan yang ku rindu telah pergi. (Peternak Nyamuk)
Discussion about this post