Hari ini rasanya aku ingin sekali malas malasan, nonton atau baca buku seharian, tapi berhubung harus punya me time dengan diri sendiri aku bergegas mandi dan tak lupa menjalankan ritual Duha 2 rakaat.
Waktu Weekend biasa kuhabiskan ke Toko Buku Pelangi yang lokasinya berada di pusat kota Siantar, sebelumnya aku sudah atur janji dengan teman seperjuangan yang hobbi membacanya sama sepertiku, penulis juga pula *aahh rasanya hidupku dipenuhi keberuntungan dan rezeki berlimpah soal pertemanan.
“Oke jam 2 yah” sahutnya di whatsapp
Aku bergegas, selepas duha aku berdiri didepan cermin sambil berkata mengatai diri sendiri yang mulai mengembang akibat terlalu banyak makan, (bisa jadi haha)
Sebelum pergi berangkat aku mengecek semua perlengkapan perang untuk me time, mulai dari pulpen, buku-buku, Tasbih, Qur’an dan juga beberapa kertas kosong, eehh satu lagi earphone kesayangan berwarna pink.
Semua sudah oke, waktunya berangkat.
Aku pun mulai menuju Simpang rumah, cukup jauh kurang lebih sekitar 1,5 km dari rumah, biasalah rumah didaerah perkampungan agak sulit terjangkau oleh angkot (angkutan kota) berjalan dibawah teduhnya pohon sawit rasanya sudah terbiasa bagiku yang suka menghayal dijalanan ini, menghayal bisa jadi pelayan anak-anak yatim, menghayal jadi duta anak, menghayal jadi penulis hebat, dan lebih lucunya menghayal menjadi istri yang paling baik sejagat raya, Sholeha, penurut dan juga hebat. Aahhh hayalanku cukup membagongkan bukan?? HAHA
Aku berjalan kaki, belum sampai Simpang seorang pemuda berpakaian Pramuka menghampiri.
“Bu, jalan kaki?”
(Tanya nya padaku)
“Iyaa”
(Jawabku sambil melemparkan senyuman)
“Sini saya antar sampai Simpang, ini terik nanti kasihan ibu”
(Tawarnya padaku)
“Hmmm, yaudah deh”
(Aku bergegas naik ke motor pemuda itu)
“Ibu Guru yah?”
(Tanya nya padaku lagi)
Sebenarnya agak bingung menjawabnya, tapi karena memang aku volunteer pendidikan, ku jawab saja “IYA” biar cepat HAHA
“Ibu mau kemana? Kalau ke kota biar sama antar sampai lapangan merdeka”
(Tawarnya lagi padaku)
“Haaaa, seriusan? Kamu kok baik banget?”
(Tanyaku pada pemuda berpakaian Pramuka itu)
“Sayang uangnya bu, toh saya juga sekalian berangkat sekolah”
(Jawabnya sambil melirik ke belakang)
Tercengang, terbagong dan juga terheran-heran, sejauh tinggal didaerah yang sulit jangkauan angkot aku baru ini mendapati anak muda yang baik hati, itulah mengapa dalam Diary Muslimah kali ini aku memberi judul “PEMUDA BAIK HATI”
Orangnya Ramah, Bicaranya sopan, diatas motor nya kami berbicara tentang masa depan, namanya Abdillah Lubis sekolah di MAS Al-Washliyah kelas 2, ia bertanya tentang bagaimana menghafal Alquran yang baik, mungkin dengan penampilan syar’i ku dia pikir aku Hafidzah Alquran padahal bacaan di Juz 30 masih aja berserakan, yang fasih paling-paling Al Fatihah dan Al Isra ayat 23-24, HAHA
Aku tanya alamatnya dimana, dan ternyata dia bukanlah satu kampung ditempat dimana aku tinggal.
“Saya punya kakak, kakak baru saja melahirkan jadi menemani dia disini, ada uwak juga yang menemani,sekalian main mainlah ke sini”
(Jawabnya saat ku tanya)
Rasanya aku ingin sekali menanyakan kenapa ia mau memboncengku, Perempuan aneh berkuping earphone, tapi rasanya tidak pantas karena aku yakin dia adalah orang baik.
Sepanjang perjalanan kami juga bercerita tentang Ustad/Ustadzah yang ada di Siantar, dia bertanya dan aku pun menjawab, bunyi suara kereta tiba tiba saja nyaring ia berhenti sejenak, kupikir ada apa ternyata emang benar ada apa apa, HAHA
Sayap kenalpot motor maticnya mereng sebelah, kek otakku yang kadang kadang suka kumat, bautnya terlepas dan aku langsung melotot.
“Yaa lepas, apa karena ini beban ibu yang berat”
(Ucapku sambil memelas wajah)
“Enggak kok Bu, emang gini dia, gapapa bu, tenang saja”
(Jawabnya lagi sambil tersenyum)
Aku dalam hati gak enak, tapi jika benar itu karena aku, maka aku akan benar benar merasa bersalah, ia sedikit tertawa melihat raut wajahku yang seperti bocah.
“Gapapa loh Bu”
(Rayunya padaku)
“Beneran?”
(Tanyaku lagi)
Ia menggeleng, kamipun melanjutkan perjalanan, sebelum sampai dilapangan merdeka, aku meminta nomor wa nya, dan ia pun memberikan, meskipun aku sudah tau namanya tapi tetap saja namanya ku beri “PEMUDA BAIK HATI”
Aku melambai tangan saat dia hendak pergi, tawanya yang mungkin sedikit aneh melihatku seperti itu.
Aku berdiri beberapa menit setelah kepergiannya, rasanya cukup aneh ketika melihat jaman modren seperti sekarang ini masih ada saja pemuda baik hati seperti Abdillah, semoga diluar sana masih banyak Abdillah Abdillah lain yang berbaik hati, meskipun hanya memberikan tumpangan, but according to me itu adalah suatu perbuatan yang luarbiasaaaa.
Discussion about this post