Tsunami yang melanda wilayah pantai sekitar Selat Sunda kemarin menelan banyak korban. Hingga Minggu (23/12/2018) sore, tercatat korban meninggal dunia akibat tsunami itu bertambah menjadi 222 orang.
Sementara korban luka-luka menjadi 843 orang. Kemudian korban yang belum ditemukan 28 orang.
“Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Minggu (23/12/2018) pukul 16.00 WIB tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya, Minggu sore.
Di antara korban tewas dan hilang di Pandeglang, disebut ada pasangan suami istri Samosir, yakni Ojak Pandiangan, asal Mogang, Samosir dan istrinya Tince br Simbolon asal Desa Hutanamora, Samosir.
Informasi ini diunggah oleh beberapa netizen.
Mian Pandiangan:
Bersedih atas meninggalnya klrg kita, atas terjadinya sunami Anyer..
Anak 3 org, selamat…
Mayat istri sdh di temukan, Mayat Suami blom di temukan yg bernama Ojak Pandiangan…
Mohon dukungan doa saudara”ku , agar secepatnya di temukan.
Di kantong manakah mayat pasutri Ojak Pandiangan ini, y Tuhan.
Sedangkan akun Heljonri Sinaga di grup PAR SAMOSIR menjelaskan kronologi yang tewasnya pasutri Ojak dan Tince
Korban TSUNAMI Pesisir Banten Asal Kab. Samosir.
Keluarga asal Kab. Samosir yang merantau dan tinggal di Jakarta menjadi korban Tsunami di pesisir Banten dengan Identitas sebagai berikut:
Suami :
An. Ojak Pandeangan, asal Mogang Kab. Samosir.
Istri:
An. Tince br. Simbolon asal Desa Hutanamora Kab. Samosir.
Kronologi:
Pada tanggal 22 Desember 2018 suami dan istri bersama 3 anaknya pergi Arisan ke daerah pesisir pantai Padeglang Banten tepatnya di salah satu hotel yang berada di pesisir Pantai. Setelah acara arisan selesai suami dan istri tersebut turun dari hotel menuju pantai, sedangkan ke-3 anaknya ditinggal di hotel.
Kemudian saat tsunami menerjang, suami istri tersebut tidak bisa menyelamatkan diri dan meninggal dunia, sedangkan ke-3 anaknya selamat yang masih berada di hotel.
Informasi dari keluarga, korban tersebut akan dibawa ke Samosir untuk dikuburkan.
Semoga informasi ini dapat membantu keluarga.
Balita Sinaga
Terdengar tangisan bayi di dalam Puskesmas Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Sesosok bayi laki-laki yang usianya baru beberapa bulan dan terbungkus kain bercorak batik itu adalah satu di antara korban selamat dari bencana tsunami di Banten.
Esra, warga yang menolong bayi tersebut menuturkan, diduga orangtua bayi tersebut telah meninggal dunia dan berada di dalam puluhan kantung mayat yang ada di Puskesmas Carita.
“Jadi ini bayi terus menangis di dalam puskesmas, infonya orangtuanya meninggal jadi korban tsunami,” jelas Esra di Puskesmas Carita, Minggu (23/12/2018).
Sesosok bayi laki-laki yang orangtuanya diduga menjadi korban tsunami yang melanda kawasan Pantai Anyer dan sekitarnya.
Sesosok bayi laki-laki yang orangtuanya diduga menjadi korban tsunami yang melanda kawasan Pantai Anyer dan sekitarnya. (TribunJakarta.com/Dwi Putra Kesuma)
Terlihat, bayi tersebut pun mengalami luka goresan dibagian keningnya.
“Ini dia nangis terus minta susu mas, tadi sudah ada petugas yang menangani tapi sekarang menangis lagi,” kata Esra.
Tak berselang lama, ada sejumlah warga yang mengenali bayi tersebut.
“Ini anak Sinaga ini, biar saya bantu cari keluarga yang lainnya,” ucap seorang wanita memakai baju berwarna hijau.
Saat ini, kondisi Puskesmas Carita terus kedatangan puluhan kantung mayat yang berasal dari Pantai Carita.
Kejadian langka
BNPB mengatakan bahwa tsunami yang dipicu oleh letusan gunung berapi adalah kejadian alam yang sangat langka.
Tsunami kali ini agak unik, bahkan langka, kata juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho. Ahli tsunami dari Aceh sependapat dengan pandangan tersebut.
“Karena, berbeda dengan sebagian besar tsunami lain di Indonesia, kasus Selat Sunda ini tidak didahului atau disebabkan gempa,” kata Syamsidik, ahli tsunami dari Universitas Syiah Kuala, Aceh.
Itu sebabnya, muncul kesimpang-siuran pada awalnya.
Menurut Syamsidik, penyebab tsunami Selat Sunda ini masih menjadi bahan analisis di kalangan ahli tsunami.
“Apakah karena aliran lahar dari Gunung Anak Krakatau, atau karena runtuhnya dasar laut.”
“Atau aliran massa dari lahar gunung Anak Krakatau itu volumenya cukup besar sehingga mengakibatkan gelombang tsunami.’
Sistem deteksi dini tsunami Indonesia, menurutnya, tidak berkembang sejak 2012, dan juga lebih berfokus pada yang disebabkan gempa.
Deteksi dini untuk longsor yang terjadi di laut ini sangat mahal: harus memasang jaringan deteksi kabel bawah laut, padahal laut Indonesia begitu luas.
Betapa pun, menurutnya, bisa juga Indonesia mengambil prioritas untuk memasang detektor dengan jaringan kabel ini di lokasi tertentu.
“Yang pertama, di kawasan Selat Sunda ini. Lalu di laut sekitar Padang hingga Mentawai. Serta di laut yang memiliki teluk yang dalam, seperti di Palu.”
Ia mengingatkan, gempa di Palu beberapa waktu lalu, tak akan mengakibatkan tsunami sedahsyat itu, jika tak diikuti oleh longsor laut, akibat rubuhnya tebing laut di sana
Jika memang ini disebabkan oleh letusan Anak Krakatau, bagaimana prosesnya?
Para ahli memperkirakan ketika gunung api meletus, magma panas mendorong dan bisa menggugurkan tanah batu batuan dingin.
Ahli gunung api Jess Phoenix kepada BBC menjelaskan kejadian ini dapat menyebabkan longsoran yang pada gilirannya mendorong air laut.
Proses inilah yang diduga menyebabkan tsunami di Selat Sunda.(red)
sumber : tribun.com
Discussion about this post