Tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya, tentang keguguran dan kehilangan calon bayi pasangan suami istri vino wijaya dan Ria Oktavia di Sidoarjo, Jawa Timur. Penantian mereka selama empat setengah tahun kandas akibat kelalaian dan kesalahan asisten apoteker yang salah memberikan pesanan resep obat. Obat pengurang rasa mual bagi ibu hamil malah berganti dengan obat perangsang yang memicu keguguran. Kejadiannya telah berlalu, tepatnya pada 16 Agustus 2017, tepat sehari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 72. Namun harapannya agar kejadian serupa tak lagi terulang bagi siapapun.
Lima hari setelah kejadian menyedihkan itu menimpa, tepatnya tanggal 21 Agustus, Ria Oktavia menuangkan kisah pilu itu ke dinding facebooknya. Tuliasan ini pun sempat viral dan dibagikan berulangkali.
Penulis kemudian mencoba untuk berkomunikasi dengan Keluarga Vino Wijaya tentang kejadian tersebut. Peristiwa yang menimpa mereka memang sudah tergambarkan dalam tulisan sang istri.
Vino kembali menceritakan tentang bagaimana mereka menjalan hari dengan ikhlas dan memaafkan kesalahan fatal yang telah dilakukan asisten apoteker tempatnya membeli obat. Saat kerabat mereka datang mereka pun mengetahui bahwa obat yang dikonsumsi ria lah penyebab keguguran yang dialaminya.
Vino pun kemudian berkonsultasi dengan seorang polisi yang merupakan sahabatnya di klub sepeda. Bersama temannya tersebutlah selanjutnya mereka menanyakan dan meminta copy resep obat yang dibeli sebelumnya. Saat itu juga kesalahan dan kesilapan terkuak, sang asisten salah memberikan obat. Seperti diceritakan Vino, saat itu petugas apotik langsung mengakui kesalahannya sampai menangis dan memohon ampun kejadian tersebut.
Kerabat dan keluarga tak terima atas kejadian tersebut, mereka meminta Vino dan istri untuk menempuh jalur hukum. Menggugat Apotik tersebut bahkan melakukan upaya hukum terhadap semua pihak yang terkait. Meski akhirnya sebagian teman mguatkan dan mendukung pilihan mereka untuk memaafkan.
Vino dan istrinya memilih untuk memaafkan asisten apoteker yang telah menggagalkan mimpi mereka kali ini. Seperti dinyatakan Vino dalam wawancara dengan penulis.
“Berkat dukungan doa dari keluarga dan teman-teman, ,kita dikuatkan, kita percaya & berserah semua ada yang atur bang. Kami melihat big frame dan percaya bahwa rancangan Tuhan adalah terbaik buat kami, “ sebut Vino.
Bagaimana mereka bisa menerima kenyataan dan menyampaikan bahwa kasih Tuhan lebih besar buat mereka sebab setiap manusia pasti ada kesalahan apapun itu bentuknya begitu lah Vino dan istrinya menyikapinya.
“Saya sampaikan kepada asisten apoteker tersebut kami mau mengampuni sepenuh hati mbak dam mbak dalam bekerja harus berhati-hati lagi. Karena dari tangan mbak obat yang diserahkan kepada pasien bisa menyembuhkan begitu sebaliknya. Mbak juga harus mengapuni suami mbak yang telah meninggalkan mbak sehingga ada akar pahit yangg menyebabkan mbak menderita kanker laring, “ beber Vino.
Ditambahkannya mereka mengetahui latar belakang asisten apoteker tersebut dari dokter, bahwa ia mempunyai lima orang anak dan berstatus single parent srta ada mengidap sakit di lehernya.
Tak sedikit kerabat yang menyarankan agar mereka melanjutkan perkara tersebut ke pihak berwajib.
“Tanggapan keluarga dan kerabat , memang secara daging kami lemah, banyak teman yang sarankan agar nuntut ke pihak berwajib, biar klinik danapoteknya ditutup, program free bayi tabung dan lainnya. Tapi orangtua kami bilang dan menyarankan jangan sampai kamu (kita) membuat hidupnya (dokter & apoteker) lebih susah lagi. Pasti Tuhan memberikan berkat double akan kejadian ini. Kami hanya percaya dan berserah saja kepada Tuhan atas apa yang sudah terjadi. Kami belajar jangan membalas kejahatan dengan kejahatan malah sebaliknya balas kejahatan dengan kebaikan, “ tambahnya.
Ia menuturkan bahwa ia memiliki teman polisi dan sempat diajaknya ke apotik tersebut. Saat itu pula lah diketahui asisten apoteker mengakui salah baca resep yang di berikan dokter.
Vino pun tak ingin kejadian yang mereka alami dialami lagi oleh orang lain. Ia pun berharap hal yang dialaminya menjadi pelajaran bagi yang lain.
“Saran saya, jika istri hamil paling tidak kita punya dua dokter untuk make sure / second oppinion. Baca obat secara teliti dan akibat efek sampingannya. Itu berlaku untuk semua obat apapun. Buat apoteker jangan seenaknya sendiri meninggalkan apotik dan nitip plang nama aja di apotek. Tapi apoteker paling tidak standby di apotik. Dokter dan apoteker juga manusia kadang ada miss nya juga. Kiita tekanan lebih hati-hati jika mau minum obat,baca aturan pakai , fungsinya serta efek sampingannya. Jiika apoteker tidak bisa baca resep dokter dengan jelas harusnya telpon dokter dulu tidak boleh mereka-reka sehingga tidak terjadi salah baca yang dapat berakibat fatal, Sebutnya mengakhiri . (Vay)
Discussion about this post