Jelang pergantian tahun banyak perantau yang pulang dan mudik ke kampung halamannya di Tano Batak. Berkumpul bersama keluarga di saat malam pergantian tahun sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat. Tak sedikit keluarga yang menggelar ibadah di rumah lalu bersalaman dan saling memaafkan di momen itu. Pun kesempatan itu sering digunakan untuk melangsungkan pernikahan maupun acara keluarga lainnya.
Malam pergantian tahun 2019 menuju 2020 pun sudah di depan mata, hanya tinggal hitungan hari.
Dinding papan rumah di Dusun Sosor Simbolon Aekland, Desa Sianting-anting Pangururan, Pulau Samosir, Sumatera Utara itu seolah ingin menceritakan riwayat hidup Yanto Simbolon yang kini telah terbujur kaku di dalam peti jenazah di pematang rumah.
Bertahun-tahun sudah, anak ke -5 dari delapan bersaudara yang terlahir dari pasangan orang tua B Simbolon dan R boru Sinurat merantau meninggalkan kampung halamannya.
Kepulangannya kali ini dari perantauan sudah dinantikan seluruh kerabat keluarga, tak terkecuali para tetanggga. Ia rencananya akan menikah di Gereja Katholik Stasi Santa Lusia Aekland dan dilanjutkan resepsi pernikahan secara adat di kampung halamannya Jumat 3 Januari 2020 mendatang.
Pria gagah itu seyogyanya akan menikah dengan seorang wanita cantik asal Jalan Galang, Lubuk Pakam, Yanti Fitri Lumban Tobing SP.
“Akan tiba waktu di mana penantian kita akan berlalu jarak dan rindu yang bersemayam dalam alunan waktu akan menyatu, dimana kita akan berlutut sujud meminta doa dan restu berharap tuhan akan menjadi saksi ketika kita akan bersatu. kelaktetaplah menjadi pengantin sejatiku… berjanji diri untuk saling setia sehidup semati sebab kemana engkau pergi kesitu jugalah aku pergi dan dimana engkau bermalam disitu juga aku bermalam” sepenggal kutipan kata indah yang mereka tuangkan dalam tulisan di undangan pernikahannya.
Namun rencana dan harapan itu telah sirna hanya dalam hitungan detik. Kecelakaan maut di Jalan Lintas Sumatera tepatnya di Jalan Kota Pinang-Gunung Tua, Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara pada Rabu (25/12) dini hari telah merenggut nyawa calon mempelai pria.
Penututaran Frawati Nainggolan, saudara sepupu Yanto Simbolon ketika dihubungi Newscorner.id, Yanto simbolon di masa hidupnya dikenal pendiam dan tidak banyak bicara. Beberapa tahun silam, selepas dari bangku Sekolah Menengah Atas, kata Frawati saudara sepupunya itu sempat tinggal dirumah ibunya di Medan sembari mencari pekerjaan.
“Sempat tinggal di rumah mama, namborunya. Sekalian cari pekerjaan,” tutur Frawati.
Waktu berlalu Yanto Simbolon, pemuda asal Pulau Samosir itu pun merantau ke Pulau Jawa.
“Sudah lebih 10 Tahun merantau,” kata Frawati.
Di perantauan kata Frawati, Yanto simbolon yang awalnya bekerja sebagai karyawan koperasi, perlahan mulai menapak dan sukses membuka usaha koperasi sendiri.
“Dia kerja koperasi, Awalnya ikut sama orang, tapi sudah buka usaha sendiri,” tambahnya.
Frawati pun mengaku terakhir bertemu Yanto sekitar dua tahun lalu, saat itu saudara perempuan Yanto menikah dan ia pulang kampung. Selebihnya mereka komunikasi lewat aplikasi chat.
“Kebetulan pas kejadian itu saya ada di Medan di rumah mama, lalu berangkat bareng sama keluarga yang di Medan ke Samosir. Pas sampai di Samosir, jenazah belum sampai di rumah, masih di perjalanan. Jadi kami menunggu di simpang biar bawa jalan ke rumah duka,” tutur Frawati.
Saat komunikasi dengan Newscorner.id, ia mengaku baru saja kembali dari rumah duka dan akan melayat kembali keesokan harinya.
Disampaikannya, Jenazah Yanto Simbolon awalnya direncanakan untuk dikebumikan Kamis (26/12) namun karena masih menunggu adik almarhum yang masih dalam perjalanan menuju Samosir maka diputuskan untuk melaksanakan prosesi pemakaman Jumat (27/12).
Discussion about this post